Senin, 12 Januari 2009

TUGAS : FEATURE "Budidaya Tanaman Adenium Arabicum"

Budidaya Tanaman Adenium Arabicum

Untuk bisa membudidaya Adenium, kita mesti bisa mengenal sifat tanaman. Ada banyak jenis Adenium dan kita juga mesti kenal dengan jenis-jenis tanaman ini.Untuk sifat adenium selalu berkaitan dengan asal-usul kondisi dimana (setiap) tanaman berasal. Ada 3 sifat utama dari Adenium, tidak menyukai air, perlu sinar matahari yang penuh dan menyukai media porous. Ini karena Adenium disebut mawar gurun yang identik dengan panas, jarang air dan kondisi tanah yang porous.

Inilah 3 hal yang paling dasar untuk bisa membudidayakan adenium. Setelah mengenal sifat adenium, maka hal lain yang perlu diketahui adalah perawatan adenium yang tepat. Memberi pupuk yang secukupnya, menyiram dengan tidak berlebihan, pemangkasan, mengenal hama tanaman dan obat-obat pembasmi hama. Lalu kita juga mesti mengetahui obat apa yang cocok untuk pertumbuhan hormone adenium. Hal terakhir yang perlu dipahami adalah pembibitan dan pembuahan adenium. Pembuahan baru terjadi setelah tanaman adenium mulai berbunga dan bibit bisa didapat dari hasil kawin. Perawatan setelah tumbuhnya biji adenium sama halnya dengan merawat adenium dewasa.

Saat ini, penggemar Adenium mengarah pada tampilan yang menyerupai gaya bonsai dengan keunggulan bentuk bonggol dan tajuk-tajuk batangnya yang indah. Bonggol batang bawah yang melekuk, tajuk rapi tanpa daun, dan bunga berwarna cantik kini dambaan setiap penggemar Adenium arabicum. Sosok unik seperti ini layak dikagumi dan tak jarang mengundang decak kagum yang melihatnya.

Adenium Arabicum

Jenis adenium bonggol yang banyak diperdagangkan adalah jenis arabicum karena adenium ini seringkali digunakan sebagai batang bawah. Adenium arabicum termasuk jenis langka. Penampilannya sangat eksotis lantaran batangnya besar dengan banyak cabang. Tidak heran jika arabicum kini menjadi buruan para adenium maniak. Apalagi bentuknya yang kerdil atau kuntet.

Dengan sosok kuntet dan banyak cabang pendek pada bonggol bawahnya yang gemuk, arabicum sangat menarik dan kelihatan klasik. Dengan kekuntetannya tersebut Arabicum ini tidak membentuk cabang-cabang yang tinggi, tapi bonggol bawahnya akan melebar dengan kerutan-kerutan yang mengesankan hingga terlihat semakin eksotis. Bahkan karakter arabicum ini bisa jadi penentu dan tolok ukur kualitasnya.

Untuk membuat arabicum bergaya bonsai tersebut, pemula bisa memulai dari biji ataupun membeli anakan adenium dengan diameter bonggol sekitar 20 cm. Untuk membeli anakan, disarankan pilih tanaman yang sudah membentuk minimal lima cabang simetris dan berbentuk mahkota dengan bonggol bawah (coudex) yang gemuk dengan cabang batang berwarna hijau. Setelah enam bulan, bentuk coudex akan lebih stabil Tinggal bagaimana untuk menjadikan besar dengan kekerdilannya sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhannya nanti.

Agar Arabicum Bertajuk Indah

Agar penampilan arabicum tampak indah dengan bunga yang tidak berantakan, sering-sering melakukan pemangkasan (pruning). “Pruning ini menjadi salah satu pemicu munculnya tajuk baru, bunga, mempercepat pembesaran bonggol bawah dan bertujuan untuk memotong siklus hidup hama yang kerap menyerang daun adenium. Namun sebelum melakukan pruning, pemilik harus memastikan terlebih dahulu tanaman tersebut dalam kondisi yang benar-benar sehat, media tanamnya subur, dan sudah cukup umur atau minimal 6 bulan. Tanaman sehat bisa dilihat dari kondisi daun dan batang yang tampak segar dan kokoh. Bila daunnya dipangkas, batang, bonggol bawah maupun cabangnya akan menghasilkan tunas baru lebih dari satu. Dari cabang yang sudah tua pun akan muncul bunga-bunga baru.

Pemangkasan bisa dilakukan secara manual dengan tangan. Caranya, petik (rompes) semua daun yang ada di cabang. Namun akan lebih aman bila menggunakan gunting yang tajam dan steril. Pemangkasan dengan tangan seringkali menjadi penyebab kegagalan, sebab luka dari pemangkasan bisa membusuk dan merembet ke bagian cabang. Saat pemangkasan sebaiknya pagi atau sore hari. Setelah pemangkasan daun, semprotkan fungsida yang sudah dicairkan dalam sprayer ke bekas-bekas pemotongan. Ini untuk menghindarkan cendawan yang bisa membusukkan batang tanaman akibat luka dari pemotongan tersebut.

Usai dipangkas, tanaman bisa langsung ditempatkan pada ruang terbuka agar luka segera kering. Dalam waktu tiga minggu kemudian, muncul tunas-tunas baru di bonggol. Kecuali pemangkasan, lakukan pula pemupukan secara teratur dengan pupuk organik/kandang dua bulan sekali. Jika menggunakan pupuk kimia sebulan sekali atau kalau memanfaatkan pupuk yang slow release semacam Dekastar, cukup empat bulan sekali. Tindakan perawatan lainnya adalah membersihkan kebun dan tanaman dari sampah dan rumput liar untuk menghindari sumber hama dan penyakit. Kelembapan media tanam dan lingkungan juga penting dijaga karena media tanam yang terlalu lembap menjadi penyebab penyakit mudah masuk. Tempatkan pot-pot tanaman di bawah sinar matahari penuh dengan jarak paling tidak 25 cm agar pertumbuhannya tidak terganggu. .

Tanaman adenium tidak mau berbunga disebabkan karena Terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan tanaman dengan kondisi ruang lingkungan pot yang ada. Akar-akarnya sudah semakin besar dan lebat, batangnya juga makin membesar, sementara kondisi ruang gerak-hidup dan ketersediaan nutrisi amat terbatas. Akar-akar tadi telah memenuhi bagian atas media. terjadilah persaingan berebut hara. Berebut ruang gerak-hidup. Berebut sinar matahari. Akhirnya jumlah daun makin sedikit, tumbuhnya lambat, layu, dan akhirnya menguning. Pertumbuhan tunas dan cabang juga sangat lambat.


meski pemupukan rajin dilakukan, namun media tanam yang sudah tua, membuatnya tak layak lagi mengolah nutrisi. Pendek kata, media tanamnya sudah rusak. Jadi, dipupuk dengan pupuk apa saja, dan sebanyak apa pun, tidak akan menyuburkan tanaman. Solusinya, media tanam itu perlu diganti. Lakukan repotting, ganti pot lama dengan pot baru, termasuk media tanamnya.

Langkah-langkah cara melakukan repotting adenium

1. Siapkan Pot Baru

Pilih pot baru dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan pot lama. Jangan lupa untuk memilih pot bonsai agar bonggol adenium terlihat indah di atas media. Bentuk pot ada yang bundar, ada pula yang oval. Perhatikan jarak antara bibir pot dengan pangkal batang, yang ideal sekitar 8 - 10 cm. Dengan jarak selebar itu, di samping gerakan akar lebih leluasa, juga lebih indah dipandang.

2. Ganti Media Tanam

Adenium termasuk tanaman zerofit. Artinya, cocok hidup di daerah kering. Untuk itu, ia membutuhkan media yang berongga (porous). Itu berarti, adenium tidak menyenangi media yang kuat mengikat air. Bisa-bisa akarnya malah membusuk. Jadi, gunakan media porous antara lain coco peaf (serbuk sabut kelapa), arang sekam padi, pasir kasar, pecahan arang kayu, pecahan batu apung, dan pupuk kompos atau pupuk kandang yang sudah matang.

Tersedia sekurang-kurangnya 3 pilihan media sebagai berikut: (a) Campuran pecahan batu apung berdiameter 0,25-0,50 cm, lalu arang sekam, dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1, (b) Campuran pasir kasar, arang sekam, dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1; dan (c) Campuran pasir kasar, coco peaf dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Jangan lupa, dasar pot diberi arang kayu kira-kira seperempat tinggi pot agar air tidak mampat. Barulah kemudian media tanam dimasukkan ke dalam pot baru hingga memenuhi setengah dari tinggi pot.

3. Keluarkan dari Pot Lama

Keluarkan tanaman adenium dari dalam pot lama. Caranya, siramlah tanaman, lalu dinding pot diketuk-ketuk melingkar. Setelah itu, jungkirkan posisinya sembari menahan tanaman. Yang penting, jaga jangan sampai tanaman rusak, misalnya akarnya terputus.
Siram akar-akarnya hingga tanah yang menempel jadi larut. Lalu, potong akar-akar yang sudah tua, tapi sisakan sekitar 2 - 3 cm. Gunakan gunting tajam agar tidak mengotak jaringan akar.

4. Rendam Pestisida

Akar yang sebagian dipotong, tentu akan meninmbulkan luka. Nah, dari luka itulah ada kemungkinan akan memicu tumbuhnya jamur. Jadi, bagian akar dan bonggol tanaman tersebut direndam dalam pestisida guna menolak datangnya jamur. Misalnya dengan pestisida Agrimex, Mansote, atau Dagonil. Perendaman cukup 15 menit.

5. Tanam Pot Baru

Sesudah direndam pestisida, batang adenium diangkat, lantas dimasukkan ke dalam pot baru yang telah disiapkan. Tutup dengan media tanam yang masih tersisa hingga setinggi leher pot. Berikutnya, tanaman adenium disiram air bersih.

Usai repotting, tanaman adenium sebaiknya diletakkan di tempat teduh dan terlindung dari hujan. Pasalnya, adenium yang baru saja direpotting biasanya cukup rentan terhadap perubahan cuaca. Setelah sekitar 2 minggu, adenium boleh diletakkan di tempat yang terbuka atau panas.

Beberapa hama yang sering ditakutkan oleh para hobis tanaman adenium dan saat ini banyak menimbulkan kerugian bagi pertumbuhan tanaman adenium yaitu

1. Spider Myte

Orang menyebutnya laba-laba merah (Spider Myte). Ia sejenis tungau yang amat kecil dan warnanya merah. Sasaran pokoknya daun-daun adenium. Akibatnya, daun menjadi layu, pucat, lalu berubah cokelat. Selanjutnya, daun menjadi keriting dan rontok, dan bila dibiarkan tanaman bisa mati.

Jika serangan masih ringan, cepat-cepat singkirkan tanaman yang diserang. Atau pangkas daun-daun yang sudah dilahap laba-laba merah. Namun, jika serangan sudah berat, semprot dengan pestisida, seperti Omnite atau Kelthane. Dosis dan frekuensi penyemprotan sesuai petunjuk yang ada. Atau disemprot tiga kali seminggu, dengan dosis setiap penyemprotan 1 cc per 1 liter air.

2. Fungus Gnats

Nama kerennya Fungus Gnats, namun juga akrab dipanggil lalat hitam. Hama lalat ini amat kecil. Saat masih wujud larva, ia merusak akar dan batang adenium. Setelah dewasa berupa lalat, bidikannya lebih tertuju pada kuncup bunga adenium sebelum bunga itu mekar. Tandanya, ada bintik-bintik hitam di seputar kuncup bunga, lalu kuncup itu membusuk. Kalau sudah begini, atasi dengan pestisida Benlate atau Dithane, dengan dosis 1 cc per 1 liter air. Lakukan saban hari sampai lalat hitam itu punah.

3. Mealybug

Hama Mealybug adalah kutu kecil berwarna putih. Jika diamati, mirip tepung putih ketika sudah menyebar. Biasanya, Mealybug menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun tersebut. Lama kelamaan, daun pun rusak dan pertumbuhan tunas terhenti. Akhirnya, daun-daun rontok, tanaman mati.

Ada baiknya serangan kutu putih ini dipantau sejak dini. Bila serangan masih ringan, segera potong daun-daun yang terserang, lalu bakar. Namun, jika serangan sudah menghebat, semprot dengan pestisida, seperti Malathion, Dimacide, atau Pegasus dengan dosis dan frekuensi penyemprotan sesuai petunjuk pada label.

TUGAS : OPINI "Kerusakan Hutan di Indonesia"

Kerusakan Hutan di Indonesia

Masih belum luput dari ingatan kita bersama peristiwa yang terjadi bulan Januari –2006 yang lalu. Peristiwa itu seolah-olah menjadi awal sejarah yang buruk ketika kita memasuki tahun 2006. Peristiwa itu adalah terjadinya banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang dua desa di kecamatan Pati-Jember-Jawa Timur. Belum lagi upaya evakuasi dan pertolongan selesai dilaksanakan, bencana baru terjadi lagi. Banjir bandang dan tanah longsor kembali menimpa Gunungrejo-Kecamatan Banjarnegara-Jawa Tengah yang menimbun empat RT dengan jumlah penduduk enam ratus limapuluh lima orang. Kejadian yang mengenaskan itu tidak hanya menimbulkan kerugian material yang diperkirakan milyaran rupiah saja, tetapi nyawa manusiapun ikut melayang. Akibat peristiwa ini, sedikitnya seratus tigapuluh dua orang tewas, puluhan dinyatakan hilang, ratusan rumah penduduk dan fasilitas umum mengalami rusak berat dan puluhan hektar sawah yang merupakan sumber mata pencaharian penduduk tertimbun. Dua peristiwa ini adalah potret dari peristiwa-peristiwa yang lainnya. Salah satu faktor terjadinya bencana ini adalah akibat terjadinya kerusakan hutan.

Di Indonesia kerusakan hutan sudah merupakan suatu permasalahan yang besar, bahkan sudah mencapai ambang mengkhawatirkan. Menurut Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi, salah satu penyebab kerusakan hutan di Indonesia adalah maraknya penebangan kayu liar (illegal loging). Saat ini diperkirakan kerusakan dan penggundulan hutan akibat penebangan kayu liar (illegal logging) sudah mencapai dua puluh juta hektare. Laporan Green peace menyebutkan bahwa kerusakan hutan di Indonesia adalah kerusakan hutan tertinggi di dunia. Data Forest Watch Indonesia tahun 2003 menjelaskan bahwa laju kerusakan hutan di Indonesia saat ini telah mencapai 2,4 juta hektare pertahun.
Dalam makalah ini penulis akan membahas kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia. Faktor-faktor yang menyebabkannya,

Kerusakan hutan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Kepentingan Ekonomi

Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih dominan daripada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan. Proses ini berjalan linear dengan akselerasi perekonomian global dan pasar bebas. Pasar bebas pada umumnya mendorong setiap negara mencari komposisi sumberdaya yang paling optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor. Negara yang kapabilitas teknologinya rendah seperti Indonesia cenderung akan membasiskan industrinya pada bidang yang padat yaitu sumber daya alam. Hal ini ditambah dengan adanya pemahaman bahwa mengexploitasi sumber daya alam termasuk hutan adalah cara yang paling mudah dan murah untuk mendapatkan devisa ekspor.

Industrialisasi di Indonesia yang belum mencapai taraf kematangan juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri padat seperti itu. Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut membuat Indonesia terpaksa mengexploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan untuk dapat membayar hutang negara. Inilah yang membuat ekspor non- migas Indonesia masih didominasi dan bertumpu pada produk-produk yang padat seperti hasil-hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang dan eksplorasi hasil hutan lainnya terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatan-kegiatan ini sering dilakukan dengan cara yang exploitative dan disertai oleh aktivitas-aktivitas illegal yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya memperparah dan mempercepat terjadinya kerusakan hutan.

2. Penegakan Hukum yang Lemah

Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi menyebutkan bahwa lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan. Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.

3. Mentalitas Manusia.

Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan manusia sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia untuk “menguasai” hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang.

Akhirnya hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan perkebunan atau penambangan dengan alasan untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.


Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di bumi:
1. Efek Rumah Kaca (Green house effect).

Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat dilewati oleh pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut, sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu atau perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai akan terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan menjadi semakin kering.
2. Kerusakan Lapisan Ozon

Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan dapat menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin lama dapat semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.
3. Kepunahan Species

Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan satu species (punah) dan kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh tahun terakhir ini.

4. Merugikan Keuangan Negara.

Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik, jujur dan adil, pendapatan dari sektor kehutanan sangat besar. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya tahun 2003 jumlah produksi kayu bulat yang legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal kebutuhan konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan kayu bulat sebesar 86 juta m3. Kesenjangan teramat besar ini dipenuhi dari pencurian kayu (illegal loging). Dari praktek tersebut diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah yang menyebabkan pendapatan sektor kehutanan dianggap masih kecil yang akhirnya mempengaruhi pengembangan program pemerintah untuk masyarakat Indonesia.
5.Banjir.

Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir. Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata .

Sabtu, 03 Januari 2009

sekolah gratis

Begitu mendengar kata gratis, rasa senang langsung menjalar, mata mengerjap berbinar sambil dibarengi sedikit keraguan. Benar gratis? Kata gratis banyak digunakan untuk memikat konsumen dalam iklan barang konsumsi dengan maksud pada kesempatan lain mereka akan teringat pada produk itu dan membelinya lagi.

Wacana sekolah gratis telah membola salju. Di beberapa daerah, seperti Pemerintah Kota Makassar mulai tahun ajaran 2007/2008 telah menggratiskan biaya sekolah SD dan SMP di semua sekolah di pulau-pulau di Makassar (Kompas, 28/3/2007). Bagaimana sekolah gratis diselenggarakan? Bagaimana proses pembelajarannya? Materi apa yang dipelajari? Bagaimana peserta didiknya belajar? Bagaimana kesejahteraan gurunya? Bagaimana hasil ujian nasionalnya? Hal-hal ini kurang diberitakan.

Entah sejak kapan mentalitas ”gratisan” ada dan mendarah daging dalam masyarakat kita. Naik kereta api tanpa membeli karcis, bondo nekad (bonek) menjadi ikon gratisan; mau baca koran tetapi tak mau membeli/langganan. Pemerintah, lembaga, dan orang yang memberi sesuatu dengan gratis merasa sebagai pihak lebih mampu, lebih kaya. Klop. Pemerintah senang membuat program penggratisan: sekolah gratis, kompor gratis, obat gratis.

Sekolah menjadi bermutu karena ditopang oleh peserta didik yang punya semangat belajar. Mereka mau belajar kalau ada tantangan, salah satunya tantangan biaya. ”Saya harus berhasil karena orangtua saya telah membayar mahal.” Sebaliknya, jika tanpa membayar sepeser pun, mereka bisa seenaknya, bahkan ”mundur tanpa berita” (muntaber)—”toh tidak rugi”. Bagaimana mau menjadi pejuang tangguh kalau tak membiasakan diri belajar secara cerdas?

Guru adalah ujung tombak dunia pendidikan. Mereka salah satu yang memungkinkan talenta anak berkembang atau malah mati sebelum berkembang. Guru sekolah gratisan mengalami keterbatasan mengembangkan diri dan akhirnya akan kesulitan memotivasi peserta didik sebab harus berpikir soal ”bertahan hidup”. Lebih celaka lagi jika guru berpikiran: pelayanan pada peserta didik sebesar honor saja. Jika demikian situasinya, maka ”jauh panggang dari api” untuk menaikkan mutu pendidikan.

Sekolah, terutama sekolah swasta kecil, akan kesulitan menutup biaya operasional sekolah, apalagi menyejahterakan gurunya. Pos pembiayaan seperti listrik, air, perawatan gedung, komputer, alat tulis kantor, transpor, uang makan, dan biaya lain harus dibayar. Mencari donor pun semakin sulit. Sekolah masih bertahan hanya berlandaskan semangat pengabdian pengelolanya. Tanpa iuran dari peserta didik, bagaimana akan menutup pembiayaan itu.

Seorang rekan berseloroh, ”Kencing saja bayar Rp 1.000, sekolah kok gratis!” Masyarakat kita dengan senang hati membeli rokok Rp 7.500 per hari, membeli VCD bajakan Rp 5.000 per minggu, namun protes keras saat ditarik biaya Rp 300.000 untuk membeli buku pelajaran yang dipakai selama setahun pendidikan anaknya.

Masyarakat harus cerdas mencermati wacana sekolah gratis, menyikapi kampanye calon kepala daerah yang menjanjikan sekolah gratis. Banyak janji menggratiskan pendidikan di sana-sini. Jika dicermati, dalam janji-janji kampanye tetap ada syarat dan ketentuan, yaitu pendidikan murah, iuran sekolah, bantuan buku, dan warga kurang mampu. Tak semua gratis.

Masyarakat harus cerdas menghadapi fakta, anggaran Depdiknas dipangkas Rp 4,918 triliun untuk penghematan. Langkah ini mengganggu pemberantasan buta huruf, bantuan operasional sekolah, dan tunjangan guru. Masihkah pemerintah bicara sekolah gratis?

Program beasiswa lebih baik daripada sekolah gratis. Etos belajar siswa tinggi karena jika tak bisa mempertahankan prestasi, beasiswa dicabut. Perlu diperluas cakupan penerimanya.

Kita sering saksikan, seorang sukses dengan air mata bahagia menceritakan perjuangan orangtuanya membiayai pendidikannya. Orangtuanya bangga berhasil membiayai pendidikan anaknya hingga jadi ”orang”. Kebanggaan ini pantas ditonjolkan.

Tidak semua orang harus menjalani sekolah formal. Mereka perlu diarahkan memilih atau disalurkan ke pendidikan nonformal yang kontekstual. Pemerintah tinggal mendiversifikasi berbagai kursus.

Seyogianya mental gratisan dikikis habis. Kerja keras, rendah hati, toleran, mampu beradaptasi, dan takwa, itulah yang harus ditumbuhkan agar generasi muda ini mampu bersaing di dunia internasional, mampu ambil bagian dalam percaturan dunia, bukan hanya menjadi bangsa pengagum, bangsa yang rakus mengonsumsi produk.

Paling susah adalah pemerintah menciptakan kondisi agar setiap orangtua mendapat penghasilan yang cukup sehingga mampu membiayai pendidikan anak-anaknya....